Keset, demikian saya dan orang-orang di kampung saya yang berasal di Jawa Timur biasa menyebutnya atau rug kalau orang Claremont bilang. Apapun namanya, keset adalah benda yang biasa kita pasang di depan kamar mandi atau di dalam kamar mandi kalau kami disini, berfungsi untuk mengeringkan kaki kita yang basah setelah membersihkan diri.
Di sebuah super store di kota kami, Walmart, saya melihat keset yang mengingatkan saya pada adik saya ketika kami masih kecil dulu.
Ini keset yang saya lihat di toko
Adik saya juga pencinta kerajinan. Suatu hari ibu membawa sebuah handmade kemucing (pembersih debu di dalam rumah) buatan mbakyu sepupu kami yang punya usaha pembuatan kaos sablon, biasa kami sapa dengan sebutan yu Eci ( yu = mbak). Agar sisa-sisa kain koas yang tidak terpakai di pabriknya tidak terbuang percuma, yu Eci mengguntingnya panjang-panjang dan mengikat satu per satu guntingan kain tersebut pada sebuat tongkat kayu sepanjang ukuran kemucing. Pada ujung tongkat itu, dipasang seutas tali kain sebagai gantungan.
Melihat ide yu Eci ini, adik saya Hesty juga terilhami untuk menggunakan sisa-sisa kain kaos itu juga. Berbeda dengan yu Eci, Hesty membuat keset dari bahan sisa tersebut.
Keset buatan Hesty terbuat dari karung goni (karung beras) sebagai dasar, kemudian dia beri bisban disekelilingnya dengan kain yang dijahitka pada karung. Sama seperti yu eci, Hesty memotong-motong perca kain kemudian mengaitkan kain tersebut pada karung goni satu persatu. Makin hari ketrampilan Hesty makin bertambah bagus dan dia semakin kreatif dengan motif yang dia buat pada karung tersebut. Dari hanya perpaduan 2 - 3 warna, dia mulai membuat personalized rug sesuai dengan nama pemesan. Hasil karyanya itu juga dipasarkan dan dari hasil penjualan itu dia mendapat tambahan uang saku. Suatu hari dia minta uang pada bapak kami untuk membeli sesuatu, jawaban bapak adalah," Bikin keset dulu, jual dan dari situ kamu akan dapat uang untuk membeli apa yang kami ingingkan." Itu cara bapak untuk mendidik adik saya Hesty untuk menghargai nilai uang. Waktu itu Hesty juga baru sekitar kelas 4 atau 5 sekolah dasar.
Perbedaan keset Hesty dan keset ini terletak pada bahan yang digunakan. Kalau Hesty memakai karung goni dan perca kain kaos, keset toko ini menggunakan semacam kain yang bertekstur seperti tissu. Dasarnya juga bukan goni tapi semacam kain juga, tapi saya kurang jelas bahannya . Perbedaan yang lain adalah ukuran, personalized rug buatan Hesty berukuran lebih besar dari keset toko dan warna yang lebih bervariasi. Perbedaan terakhir adalah harganya, keset Hesty berharga Rp 5000 per lembar untuk ukuran yang paling besar, sementara keset ini $ 15 per lembar :)
Itu sekelumit cerita tentang keset dari saya, selamat siang!!!
Hany Von Gillern
***
6 comments:
wahh mbak hesty dan mbak hanny sama2 kreatif :)
Yang bikin keset dan yang punya ide Hesty kok Fit, bukan aku. Aku cuman bantu pamer ...hehehe ... Thank you xo
iya maksudku sama2 kreatif walaupun mungkin beda kreasinya hehe...
Makasih Fitri, dirimu juga mantap :) xo
Hallo mba Hany, asyik aja nih baca crita keset ini. Jadi inget masa SMP, Tante saya suka bikin keset dari bahan apa ya...benangnya kasar mirip karung goni, dan saya jadi tukang jualannya. Lumayan dpt 1500rupiah per pcs he...he..btw, lihat postinganku di sini deh..http://teraskartu.blogspot.com/2011/03/my-springy-goody-bag.html
Sama kita Jane, aku dulu juga suka jualin kripik manis bikinan emakku (bude) :)
Dah barusan aku kesana Jane.
Post a Comment