Sudah lama saya tidak menampilkan sosok kreatif ya, tapi diakhir bulan Mei ini alhamdulillah saya bertemu mbak Orin yang bersedia saya tampilkan. Kapan saya mengenalnya? Baru saja, lewat blog ini juga. Mungkin saya bukan teman blog yang baik, karena sebenarnya mbak Orin ini sudah pernah menuliskan komen di salah satu postingan saya, tapi baru beberapa hari yang lalu saya sempat main balik ke blognya. Saya suka sekali dengan topik ceritanya yang membumi dikemas dalam bahasa populer yang mudah dicerna dan dipahami, terutama cerita tentang Kupilih bisnis dan craft yang serta merta meyakinkan saya untuk menampilakannya disini. Saya melihat semangat dan kegigihan yang saya pikir bagus untuk dibagi dengan teman-teman yang berniat untuk serius dan menjadi kerajinan sebagai "karir". Saya utarakan maksud saya dan mendapat sambutan yang antusias. Wah ... saya sendiri kaget campur senang sekali karena gayung saya segera bersambut, saya sedang pendekatan ke beberapa orang untuk saya tulis, yang saya pikir bisa mewakili jeins kerajinan yang ditekuni, tapi karena beberapa alasan belum bisa saya tampilkan. Dari segi umur mbak Orin ini jauh dibawah saya, tapi TIDAK dalam hal berkreasi dan berkiprah di bisnis kerajinan. Untuk tahu lebih banyak tentang mbak Orin ini, silahkan baca jawabannya untuk pertanyaan-pertanyaan saya.
Hany Von Gillern
***
1. Kalau anda sedia, bisa menceritakan sedikit tentang diri anda?
Saya Heni Prasetyorini. Bisa dipanggil Heni atau Orin. Saya arek Suroboyo asli dan tinggal di Surabaya Jatim. Punya dua anak lelaki, Aldo 9 tahun dan Aji 5 tahun.
Saat ini saya adalah stay at home mom yang sedang merintis bisnis busana muslim [Jilbab Orin] dan kerajinan tangan.
2. Di "kupilih bisnis dan craft" dicerita tentang awal anda memulai kerajinan yaitu setelah obrolan dengan anak kos itu. Kapan itu? Dari obrolan itu apa yang berhasil membelokkan niat awal anda dari keinginan menjadi penulis jadi memilih menekuni kerajinan?
Waktunya sekitar 4 tahun yang lalu [2007]. Anak kos itu menunjukkan sekerdus aksesoris manik-manik buatan kakaknya yang asli Jogja. Dan menceritakan bahwa usaha aksesoris kakaknya itu sudah bisa menembus Bali dan Malaysia. Yang menarik adalah fakta yang diberikan : bahwa membuat aksesoris itu bisa dijadikan ‘pekerjaan’. Lalu ibu dan kakak saya mendorong saya untuk mencobanya.
Proses menjadi penulis saat itu sulit saya lakukan karena kendala waktu dan tenaga, maka saya pikir tidak ada salahnya menambah skill lain. Sebelumnya juga saya mencoba untuk belajar dengan mengikuti kursus membuat kue kering. Dan pada dasarnya, saya suka mencoba hal yang baru. Kelak saya ingin belajar merajut, membuat clay dan menjahit.
3. Juga diceritakan, awalnya anda memilih kerajinan berbahan dasar felt, kenapa? Dari karya teman-teman, kita tahu ada banyak macam kreasi tercipta dari bahan felt ini, ketika anda memulainya, kreasi apa yang anda buat? Apakah sampai sekarang anda tetap menekuninya? Apakah kreasi anda sempat anda pasarkan juga? Apakah ini titik awal anda memulai bisnis?
Sebenarnya saat itu sudah bermimpi ingin punya bisnis. Lalu di tivi tertarik pada profil pengusaha sandal flanel lucu. Saya pikir pasti bisa. Cuman belum tahu apapun tentang flanel ini. Mulai harga bahan sampai teknik jahit. Saya belajar tusuk feston dari ibu. Pertama buat bros hewan kecil-kecil. Lalu kujual di tetangga. Respon anak tetangga senang karena lucu. Tapi ibu-ibunya rada sewot, karena dia bilang mahal banget. Saat itu kujual Rp 2500.00. Dan dibandingkan dengan harga bros buatan Cina, yang cuman seribuan. Handmade belum dapat tempat yang layak, ini membuat hati saya ingin mundur juga sebenarnya.
Lalu kusuruh bawa anakku yang masih kelas 2 SD, untuk dijual ke teman-temannya. Habis terus, soalnya dia jualnya seribuan, padahal kusuruh jual 2000-an. Belakangan dia ditegur gurunya, karena temannya suka heboh milih bros pas jam pelajaran:).
Sampai sekarang saya masih ingin mengeksplor ketrampilan flanel saya. Tapi masih dipakai sendiri ; tas dan peci untuk anak saya, kado untuk saudara/tetangga : pigura, wadah CD, dompet hape. Untuk yang dijual, flanelnya saya aplikasikan ke sarung dan jilbab anak.
Kalau diingat-ingat sih, saya sudah mulai jualan jauh sebelumnya. Pernah membuat baju bordir untuk dijual, lalu jualan tenda lipat dan sempat kecemplung bisnis MLM juga. Kalau menjual produksi tangan saya sendiri, aksesoris manik yang pertama. Lalu bahan habis dan tidak sempat keluar rumah karena anak masih bayi, maka beralih pada kain flanel karena tertarik lucu,warna-warni dan sepertinya mudah.
Terus terang pada saat itu, saya tidak melihat prospek yang bagus pada kerajinan flanel. Saya pikir harga jualnya murah sekali, tidak sepadan dengan prosesnya yang panjang : membuat pola, menggunting, menjahit, menempel. Ternyata sekarang baru tahu, flanel bisa dibuat apa saja selain bros dan jepit. Dan kelihatannya prospeknya oke juga.
4. Sekarang anda lebih banyak memproduksi jilbab, bagaimana awal mulanya berpindah ke pembuatan jilbab ini? Kenapa?
Nah ini seru. Niat ingin bisnis udah lama mendarah daging di kepala saya. Terutama sejak memutuskan menjadi 100% stay at home mom. Cuman seperti banyak orang, saya masih bingung menentukan apa jenisnya. Mulai pengen bikin BimBel, toko buku, produksi sabun cair, dsb.
Suatu hari saya mampir ke kios koran, lalu membeli buletin Peluang Usaha. Di buletin ini dibahas detil profil pengusaha jilbab yang sukses. Saya pun ingat banyak pengrajin dari desa mertua yang bisa diberdayakan untuk membuat jilbab ini.
Kesempatan juga,siapa tahu usaha ini nanti bisa jadi usaha keluarga besar kami.
Jadi mulailah saya memproduksi jilbab paris segiempat, lalu saya buat desainnya dan dikerjakan ornamennya oleh adik ipar saya itu, dibantu para tetangga sekitarnya.
Momentum untuk serius berbisnis, ketika ada sedikit problem di kantor suami. Saat itu kami sadar, bahwa sebesar dan sementereng apapun sebuah perusahaan, tidak mungkin bisa 100% diandalkan seumur hidup. Ibarat nasib kita terserah para manajer perusahaan. Maka siap tidak siap, kami harus memulai bisnis keluarga kami sendiri. Setelah menganalisa kemampuan saya dan tugas saya di rumah; maka diputuskan bisnis ini dikelola oleh saya, sementara suami tetap kerja kantoran. Dan biar mudah, konsepnya menjadi Toko Online saja. Karena lebih fleksibel dikelola sambil mengurus anak dan rumah tangga.
5. Saya lihat di toko online anda, dipajang aneka aksesoris pelengkap jilbab terbuat dari manik-manik, apakah anda juga menekuni jenis kerajinan ini?
Iya. Setelah vakum selama 3 tahunan membuat aksesoris, maka dari profit jualan jilbab saya sudah punya modal lagi untuk membeli bahan aksesoris sebagai latihan. Dan alhamdulillah, dengan modal buku dan sering berlatih, dalam waktu singkat kemampuan saya membuat aksesoris meningkat. Karena saya tidak bisa sering keluar rumah meninggalkan anak-anak. Maka untuk model dan teknik baru, saya masih mengandalkan buku dan internet. Sejauh ini kedua sumber ilmu tersebut, sangat membantu.
Sepertinya lama-lama saya juga semakin jatuh cinta dengan teknik membuat aksesoris ini. Saya pun berniat untuk terus menekuninya.
Impian saya sekitar aksesoris manik-manik adalah bisa ikut buka pameran di INA CRAFT. Jika waktu sudah oke , saya ingin aktif di Komunitas Wire Jewelry Indonesia, secara live. Sementara masih sedikit kenalan sana sini dengan para pembuat aksesoris wire secara online.
6. Untuk memulai bisnis ini, persiapan apa yang anda lakukan? Dan bagaimana perkembangannya sekarang?
Saya mulai usaha dengan modal nekad dan learning by doing. Untuk modal saya pinjam saudara. Untuk teknis berjualan online, saya banyak bertanya pada teman yang lebih dahulu berjualan online. Padahal saya sama sekali tidak pernah membeli secara online. Bahkan lokasi ekspedisi pengiriman dan kantor pos pun, baru saya cari ketika profil toko saya sudah saya tampilkan di facebook. Deg-deg plash deh. Dipikir-pikir, nekad sekali saya waktu itu. Fasilitas online dan kamera belum punya. Jadi setelah pinjam, untuk upload dan edit foto serta chating dsb, saya harus bolak-balik ke warnet bersama anak kedua saya yang berumur 3 tahun.
Setelah satu tahun ini, alhamdulillah, kami bisa mempunyai fasilitas online yang bagus, kamera digital dan etalase. Produksi kami semakin berkembang, semula hanya jilbab, ditambah aksesoris, lalu bandana jilbab. Beberapa kali juga saya dipercaya teman untuk menjualkan produknya, dan masih berlaku sampai sekarang. Semakin lama juga, saya semakin tahu referensi suplier bahan atau makloon penjahit yang bagus. Benar kata seorang pengusaha sepatu sukses di media; kalau ingin berbisnis langsung kerjakan saja. Awalnya pasti ada salahnya. Tapi lama-lama kita akan semakin pintar. Salah satunya adalah semakin pintar mencari suplier yang bagus.
7. Saya pernah mendengar seorang kenalan mengatakan "Doing crafts does not pay the bills", ada benarnya perkataan kenalan saya ini. Bagaimana menurut anda sebagai pelaku bisnis kerajinan? Adakah harapan untuk "berkarir" dibidang ini?
[Maksudnya bisnis kerajinan ga balik modal ya mbak? Heheh]
Mungkin begitu. Tapi saya tidak yakin itu benar. Kenapa? Karena setelah saya rajin blogwalking , saya pun ketemu salah satu profil crafter yang sukses dengan omset puluhan juta rupiah, diekspos media dan bisa merekrut tenaga kerja di rumahnya.
Beberapa saya kenal dari facebook/blog, dan bisa saya tanyakan langsung proses mereka. Ada yang usaha dari kain perca, ada yang usaha aksesoris manik. Jadi saya optimis sekali. Jika saya meniru mereka pasti bisa sukses juga = meniru aktif berproduksi, membebaskan berimajinasi dan berkreasi, dan aktif pameran atau berjualan.
Ya, saya ingin berkarir di bidang kerajinan. Selain memproduksi sendiri, saya ingin membuka kursus kerajinan di rumah.
8. Setiap yang awal adalah sulit seperti kata pepatah, kendala apa yang anda temui dan bagaimana anda meneguhkan hati untuk tetap semangat?
Selain minim fasilitas, kendala terberat adalah mengelola rumah tangga sambil berbisnis.
Apalagi jika memutuskan tanpa memperbantukan asisten rumah tangga. Fisik, mental bahkan finansial bisa menjadi faktor untuk memukul mundur saya agar berhenti menjalankan bisnis ini.
Hal yang membuat saya bertahan adalah misi yang tinggi dalam berbisnis. Karena tidak semata untuk mencari keuntungan, maka saya terus mencari segala cara agar bisnis ini tidak berhenti.
Kadang saya ragu untuk menceritakan proses usaha saya yang berangkat dari strata ekonomi yang biasa-biasa saja. Karena ada teman yang mengkritik, hal itu bisa mempengaruhi imej merek Jilbab Orin.
Tetapi keraguan itu saya hapus karena saya ingin sekali berbagi, terutama untuk ibu rumah tangga di Indonesia. Bahwa memulai usaha itu, terutama usaha online, tidak harus menunggu uang kita berlebihan dan berlimpah dulu. Atau rumah kita bagus dan tertata rapi dulu. Apapun fasilitas dan modal yang kita punya, yang utama adalah niat dan kemauan bekerja lebih keras daripada mereka yang cukup fasilitasnya. Jika kita mulai bisnis dari sekarang, maka akan ada profit. Nah dari profit itulah kita bisa sedikit demi sedikit memenuhi fasilitas yang diperlukan.
9. Selain kerajinan, apa hobi anda yang lain?
Hobi saya adalah CA-LIS-TUNG “
- membaCA : apa saja, asal bukan tentang kekerasan pada perempuan.
- menuLIS : pengalaman saya, dan kisah fiktif, sementara masih aktif di blog saya atau di note facebook.
- MenghiTUNG : [profit] hahhahaha…. Jujur saja sejak berbisnis ini, kalkulator menjadi jimat saya.
10. Apa warna favorit anda?
Heheh ini juga yang membuat saya bingung lho mbak. Dulu saya suka biru, lalu suka hijau, kemudian hitam, sekarang merah. Sering saya pikir sendiri, sebenarnya saya suka warna apa ya? Dan akhirnya saya simpulkan bahwa saya suka semua warna kayaknya J
11. Apa buku favorit anda?
Segala bentuk Buku How To dan Novel tebal buatan Indonesia [Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, Road to The Empire, dsb]
12. Adakah kiat-kiat untuk dibagi dengan pembaca blog pojok-utak-atik sehubungan dengan bisnis dan kerajinan?
Temen Tinemu. Telaten Mesti Panen.
Sesuai pepatah Jawa yang ditanamkan oleh [alm] bapak saya. Kalau kita tekun, pasti Tinemu [ketemu] dengan jalan hidup yang terbaik. Jika kita terus Telaten, pasti suatu saat akan Panen – alias memetik hasil dari kerja keras dan cerdas kita.
Khusus untuk bisnis, betapapun kita ragu – langsung saja mulai saat ini juga. Mulai dari hal yang mudah. Fokuslah pada proses bisnis tersebut, jangan habiskan dana untuk fasilitas. Bisa pinjam, bisa ada Warnet dan sebagainya. Yang perlu untuk terus dipertahankan adalah kemauan untuk terus menjalankan bisnis itu, bagaimanapun keadaan yang terjadi. Misi bisnis yang mulia atau baik, bisa menjaga semangat kita tetap menyala, dan yakinlah insya Alloh, Tuhan pun akan mempermudah kita.
13. Alamat website yang bisa dikunjungi?
Be creative, be yourself and the satisfaction is there for you
Happy crafting everyone
Hany Von Gillern
***